- See more at: http://www.seoterpadu.com/2013/06/cara-pasang-meta-description-title-tag.html#sthash.7ZmnEEBh.dpuf

Makam Sunan Giri ( Raden Paku )

Sunan Giri

sunan_giri
Nama Tokoh   : Raden ‘Ainul Yaqin ( Raden Paku)
Lahir                : Blambangan, 1442 Masehi
Nama Ayah     : Maulana Ishaq
Nama Ibu        : Dewi Sekardadu
Meninggal       : -

Muhammad Ainul Yakin atau lebih dikenali sebagai Sunan Giri (lahir pada AD 1442 di Blambangan (kini Banyuwangi)) dianggap salah seorang dari Wali Songo dari Jawa di Indonesia. Ayahnya bernama Maulana Ishak. Sunan Giri juga dikenali sebagai Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.
 
 Latar Belakang Sunan Giri
Raden Paku merupakan putra dari seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah yang menikah dengan Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu adalah putri Prabu Menak Sembuyung sang penguasa wilayah Blambangan. Kelahiran Raden Paku diangap membawa petaka berupa wabah penyakit di wilayah Blambangan, Pasai. Sehingga Dewi dipaksa Prabu Menak Sembuyung (ayahnya) untuk membuang Raden Paku yang masih bayi. Dewi Sekardadu akhirnya membuang putranya ke Selat Bali.
Kemudian Raden Paku ditemukan oleh sekelompok awak kapal, yaitu Sabar dan Sobir. Bayi tersebut dibawa ke daerah Gresik. Saat tiba di Gresik, Raden Paku  diangkat menjadi anak dari saudagar kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, Raden Patah saat itu dinamakan Joko Samudra.
Ketika masa remaja, Joko Samudra diperintahkan oleh ibunya untuk berguru kepada Sunan Ampel. Setelah tidak lama mengajar Raden Paku, Sunan Ampel mengetahui siapa Joko Samudra yang sesungguhnya. Sehingga Joko Samudra bersama Sunan Bonang dikirim menuju Pasai untuk mendalami ajaran Islam. Setelah sampai di Pasai, mereka diterima oleh Maulana Ishaq yaitu ayah Joko sendiri. Disinilah Joko Samudra mengetahui nama dia yang sesungguhnya, yaitu Raden Paku. Raden Paku juga mengetahui asal mula kenapa dia dibuang dari Blambangan.
 Kisah Perjuangan Sunan Giri
Setelah tinggal di Pasai selama tiga tahun, Raden Paku dan Sunan Bonang dipersilahkan kembali ke tanah Jawa. Ayahnya memberikan sebuah bungkusan kain kecil yang berisi tanah. Ayah Raden Paku berpesan kepada anaknya untuk membangun sebuah pesantren di Gresik dengan mencari tanah yang sama persis dengan tanah yang ada di bungkusan itu.
Akhirnya Mereka berdua kembali ke tanah Jawa dan melaporkan semua pembelajarannya kepada Sunan Ampel. Lalu Sunan Ampel memerintahkan Sunan Bonang untuk berdakwah di Tuban, sedangkan Raden Paku diperintahkan untuk pulang ke Gresik.
Setelah tiba di Gresik, Raden Paku mendirikan sebuah pesantren. Raden Paku memulai perjalanannya mencari tempat yang cocok untuk membangun pesantren sesuai pesan ayahnya. Setelah berjalan jauh, Raden Paku sampai di sebuah tempat yang sejuk dan membuat hatinya damai. Dia mencocokkan tanah yang dibawa dengan tanah ditempat itu. Ternyata hasilnya sama persis. Kemudian Raden Paku mendirikan sebuah pesantren di tempat tersebut. Desa tersebut bernama desa Sidomukti. Karena pesantren terletak di dataran tinggi, maka pesantren tersebut diberi nama Pesantren Giri. Karena Giri bermakna sebagai gunung (dataran tinggi).
Atas berkat dukungan istri-istri Raden Paku dan ibunya, pesantren Giri bisa terkenal sampai ke seluruh nusantara hanya dalam waktu 3 tahun. Raden Paku memiliki 2 orang istri yaitu Dewi Murtasiha (Putri dari Sunan Ampel) dan Dewi Wardah (Putri Ki Ageng Bungkul).
Atas terkenalnya pesantren Giri, banyak murid-murid baru masuk ke pesantren Giri. Hal ini membuat semakin mudah Sunan Giri untuk berdakwah.
Sunan Giri sangat berpengaruh besar bagi kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sunan Giri juga mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Giri Kedaton. Giri Kedaton atau Kerajaan Giri bertahan selama 200 tahun. Setelah Sunan Giri meninggal, beliau digantikan keturunannya yaitu :
  1. Sunan Dalem
  2. Sunan Sedomargi
  3. Sunan Giri Prapen
  4. Sunan Kawis Guwa
  5. Panembahan Ageng Giri
  6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
  7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)
  8. Pengeran Singosari
Pangeran Singosari ini berjuang keras mempertahankan Giri Kedaton dari serangan Sunan Amangkurat II dengan bantuan dari VOC dan Kapten Jonker. Akhirnya perjuangan Pangeran Singosari membuahkan hasil yang tidak terlalu buruk. Sesudah pangeran Singosari wafat pada tahun 1679 Masehi, lenyap sudah kekuasaan Giri Kedaton. Walaupun lenyap, Sunan Giri tetap dikenang sebagai Ulama Besar Wali Songo sepanjang masa.
 Cara Berdakwah
Sunan Giri berdakwah melalui cara ceramah-ceramah di masyarakat dan di pesantren Giri. Selain ceramah, beliau juga menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam melalui permainan tradisional anak-anak, seperti Jelungan dan Cublak Suweng.