Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik
Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik adalah makam yang kedua yang
saya kunjungi dari orang yang sama. Makam pertama yang saya kunjungi
adalah Makam Syekh Maulana Maghribi, nama lain dari Malik Ibrahim, yang letaknya di Cirebon. Bagaimana mungkin orang yang sama bisa memiliki dua atau tiga makam, dan mungkin lebih?
Salah satu alasannya mungkin karena Maulana Malik Ibrahim, yang juga
dikenal sebagai Sunan Gresik, adalah orang yang pertama yang dianggap
berhasil menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, ketika Kerajaan
Majapahit masih berdiri. Adanya “makam” di beberapa tempat itu
membuktikan pengaruh Maulana Malik Ibrahim yang menyebar luas di tanah
Jawa.
Bagaimana pun makam hanyalah sebuah tanda untuk terjalinnya hubungan
batin antara peziarah dengan arwah si mati, baik hubungan imajiner
searah, maupun hubungan batin dua arah bagi yang mempercayai bahwa si
mati masih bisa mendengar persoalan hidup dan keluh kesah para peziarah
dan bersedia menjadi penguat doa agar didengar oleh Yang Mahakuasa.
Seorang pria tampak melangkahkan kaki di depan Makam Maulana Malik
Ibrahim Gresik yang lokasinya berada di tepi Jalan Malik Ibrahim di Desa
Gapuro Sukolilo, Gresik, Jawa Timur. Sepintas kompleks Makam Maulana
Malik Ibrahim itu tampak cukup bersih dan terawat dengan baik.
Memasuki kompleks makam terlihat ada gapura berbentuk paduraksa di
sebelah kanan yang menjadi salah satu jalan masuk ke dalam cungkup Makam
Maulana Malik Ibrahim. Saya tidak masuk melalui gapura ini, namun
meneruskan langkah ke arah kiri dimana terdapat semacam ruang pengurus,
dan di sampingnya terdapat bangunan terbuka berbentuk memanjang.
Cungkup Makam Maulana Malik Ibrahim dikelilingi oleh makam-makam di
area terbuka yang batu nisannya kebanyakan berwarna putih. Beberapa
diantaranya diberi pagar keliling terbuat dari jeruji besi. Paving block
di sekitar cungkup terlihat rapi dan terawat, serta dinaungi cukup
banyak pohon-pohon kamboja dan pohon lainnya. Namun saya tidak melihat
ada pohon berusia tua di kompleks ini.
Saat itu beberapa peziarah, laki dan perempuan, tampak duduk
berdzikir khusuk dan memanjatkan doa mengitari makam. Kabarnya lebih
dari 800 ribu peziarah datang ke Makam Maulana Malik Ibrahim setiap
tahunnya.
Suasana di dalam kompleks Makam Maulana Malik Ibrahim ini sangat berbeda dengan suasana di kompleks Makam Sunan Gunung Jati
di Cirebon. Tidak ada tebaran petugas peminta derma yang mengganggu.
Makam sang maulana pun bisa dilihat dari jarak yang sangat dekat.
Di tengah cungkup, ada tiga makam yang bahan dan warnanya hampir sama,
namun dengan ornamen dan ukuran sedikit berbeda. Di ujung kiri adalah
Makam Maulana Malik Ibrahim, di sebelahnya adalah makam sang isteri
Syayyidah Siti Fatimah, dan di sebelahnya lagi adalah makam sang putera,
Syekh Maulana Maghfur.
Di sisi depan Makam Maulana Malik Ibrahim terdapat ornamen ayat-ayat
al-Qur’an yang ditulis dalam huruf Arab, namun ornamen pada makam Syekh
Maulana Maghfur tampak sudah terkelupas.
Pada Makam Maulana Malik Ibrahim juga terdapat tulisan dalam bahasa
Arab yang berarti: “Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat
diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada
rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat
sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang
berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang
terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin
12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah.”
Sebuah lorong cukup panjang dan lebar tampak ada di samping Makam
Maulana Malik Ibrahim, yang barangkali digunakan untuk menampung
pengunjung ketika berlangsung acara peringatan tahunan setiap 12 Rabi’ul
Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya.
Pada acara haul atau khol ini dilakukan khataman Al-Quran, mauludan
(pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur
harisah kepada para peziarah.
Di ujung lorong kompleks Makam Maulana Malik Ibrahim ini terdapat
cungkup yang di dalamnya terdapat Makam Maulana Ishak, yang adalah
saudara Maulana Malik Ibrahim, dan ayah dari Sunan Giri. Di sebelahnya
terdapat Makam Syekh Maulana Makhrubi.
Sebagian orang berpendapat bahwa Maulana Malik Ibrahim, karena
disebut Syekh Maghribi, berasal dari Maghrib, Maroko, Afrika Utara.
Sedangkan Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebut Maulana Malik
Ibrahim sebagai Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, sehingga kemungkinan ia
lahir di Samarkand, Asia Tengah.
Raffles, dalam The History of Java, menyebutkan “Mulana Ibrahim,
seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal
Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap
bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala”.
Namun dengan membaca baris kelima tulisan pada prasasti Makam Maulana
Malik Ibrahim, J.P. Moquette menduga bahwa Malik Ibrahim berasal dari
Kashan, suatu tempat di Iran sekarang. Sayang saya tidak mencari dimana
tulisan ini berada.
Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat pada 1419 setelah selesai membangun
dan menata pesantrennya yang berada di Desa Leran, yang letaknya cukup
jauh dari Makam Maulana Malik Ibrahim ini.
Makam Maulana Malik Ibrahim
Desa Gapuro Sukolilo
Gresik, Jawa Timur
GPS: -7.16018, 112.65660